Research Yes Money No

Teknologi canggih pada saat ini seperti laptop, tablet, TV plasma, maupun smartphone muncul tidak terjadi begitu saja. Para ilmuwan/pembuat merancang sebuah teknologi baru dan canggih membutuhkan waktu yang tidak singkat. Karena mereka harus memikirkan banyak faktor-faktor agar teknologi yang dibuatnya dapat diterima oleh masyarakat dan tidak merusak lingkungan sekitar. 

Riset
Para ilmuwan sekarang mencanangkan teknologi Go Green dalam setiap teknologi yang akan dibuat. Teknologi yang akan dibuat harus dicoba-coba terlebih dahulu di laboratorium agar setelah masuk pasaran tidak merugikan penggunanya dan merusak citra perusahaan yang membuatnya. Oleh karena itu para ilmuwan harus melakukan RISET terlebih dahulu agar tidak ada troubleshooting/masalah terhadap teknologi yang akan dibuatnya. Masalah terbesar dari sebuah riset adalah pendanaannya dengan kata lain UANG. Jika ingin menghasilkan teknologi yang canggih tidak sedikit uang yang harus dikeluarkan oleh perusahaan agar hasilnya memuaskan penggunanya. 

Uang
Salah satu contoh penemu yang membutuhkan pendanaan terhadap riset yang ingin dibuatnya adalah Steve Jobs (eks CEO Apple Inc.). Mulanya dia dan temannya Stephen Wozniak menciptakan sebuah prototype komputer sederhana yang bernama Apple I dan dana awalnya berasal dari uang mereka sendiri. Steve Jobs rela menjual mobil Volkswagen-nya yang terjual seharga $1000 sedangkan Stephen Wozniak menjual kalkulator HP65-nya. Dan setelah berhasil menjual Apple I mereka pun ingin mengembangkan komputer Apple I yang terdahulu dan diberi nama Apple II. Untuk riset Apple II ini Steve Jobs mulai mencari investor untuk mendanai Apple II-nya. Dan investor pertama Apple adalah seorang mantan eksekutif perusahaan Intel yaitu Mike Markula. 

Dari penggalan cerita dari seorang Steve Jobs ini menunjukkan bahwa riset dan uang saling berkaitan. Jika riset tanpa uang tidak mungkin riset dapat terealisasi. Sebenarnya di Indonesia banyak sekali pe-riset muda yang inovatif dan kreatif. Namun sayang, banyak pe-riset yang berhenti ditengah jalan karena dana untuk risetnya sudah tidak mencukupi lagi. 

Di Indonesia para investor tidak ada yang berani mendanai sebuah riset tapi mereka lebih mementingkan hasil risetnya(yang udah jadi). Karena para investor masih ragu-ragu mengeluarkan uang mereka untuk mendanai sebuah riset. Mereka berpikirin takut rugi jika riset yang mereka lakukan hasilnya tidak memuaskan atau gagal total. Jika semua investor di Indonesia tidak percaya dengan pe-riset Indonesia saya yakin tidak akan ada penemu dari Indonesia. Mungkin ada penemu dari Indonesia tapi dia harus keluar negeri dulu untuk mencari investor asing yang mau mendanai risetnya. 

Jika seperti ini terus negara kita hanya akan menjadi negara yang konsumtif dan hanya menunggu produk-produk dari luar negeri masuk ke Indonesia. Pemerintah dalam hal ini harus turun tangan agar anak-anak muda yang inovatif dan kreatif tidak "kabur" dari negeri ini untuk mencari apresiasi di luar negeri. Kalau dilihat peraih medali di olimpiade tingkat internasional seperti fisika, matematika, biologi dan lainnya kebanyakan berasal dari Indonesia. Namun apa apresiasi dari pemerintah sampai sekarang. Terbukti walaupun kita sering dapat medali di olimpiade internasional namun tidak ada satu nama pun peraih Nobel(Nobel Prize) berasal dari Indonesia(khusus bidang ilmu pengetahuan alam). Salah satu cara untuk mendapatkan Nobel Prize adalah menemukan sesuatu yang berguna bagi kehidupan manusia dan itu harus ditempuh melalui riset. 

Oleh karena itu saya berharap kedepannya Pemerintah maupun para investor lebih berani lagi mengambil resiko untuk melakukan sebuah riset dan jangat takut rugi. Karena dari sebuah kesalahan akan menemukan kebenaran.
Terima kasih dan salam INOVASI.

0 komentar:

Posting Komentar